Oleh Ayu Citra SR (Wartawati Ekonomi Perum LKBN ANTARA)

Surabaya - Indonesia memiliki beragam kekayaan sumber daya alam maupun sumber daya manusia potensial di segala bidang karena kian besarnya populasi penduduk di Negeri Kepulauan.

Salah satunya, di sektor ekonomi seperti pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Sampai saat ini, dunia ekonomi kreatif tersebut telah memberikan kontribusi tersendiri terhadap perkembangan perekonomian nasional.

Bahkan, sumbangan UMKM di Indonesia banyak diakui pengamat ekonomi dalam negeri bisa menghindarkan kondisi perekonomian bangsa dari ancaman krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008.

"Melihat besarnya potensi Indonesia ditambah dengan 237 juta populasi negeri ini, kini sudah saatnya pemerintah fokus memperhatikan peran UMKM, sekaligus memetakan tiap bidangnya termasuk busana muslim," kata "Manager Corporate Communications" Telkomsel Area Jawa Bali, Sri Ambar Yusmeniwati.

Pengguna busana sopan nansesuai norma agama tersebut, khususnya perempuan, meyakini perpaduan pakaian serba panjang, tertutup, hanya terlihat wajah, kedua telapak tangan, dan telapak kaki dapat menyempurnakan penampilan mereka baik di dunia maupun akhirat.

Untuk memenuhi hasrat itu, mayoritas kaum hawa Indonesia gemar menyisihkan sedikit anggaran belanja bulanan demi melengkapi koleksi busana muslimnya.

Tak jarang merekapun rela bepergian jauh di luar daerahnya guna mendapatkan model yang diinginkan walaupun mengeluarkan banyak dana dan membuang waktu lama.

Terkait perkembangan beragam pakaian bernuansa Islami di Tanah Air, Sri yang akrab disapa Menik, menilai dari waktu ke waktu warga muslim di penjuru Nusantara bisa melihat mode busana tersebut lebih memiliki varian terkini dibandingkan negara lain.

Apalagi, pergerakan tren berbusana muslim di luar Indonesia pada umunya sangat lambat dan model - model pakaiannya terkesan kurang mengikuti perkembangan zaman. Bahkan, cenderung tidak berubah dari masa ke masa.

"Sementara di Indonesia, mode busana muslim justru sudah menjadi pusat inspirasi masyarakat muslim di Negeri Jiran. Tak menutup kemungkinan bisa diminati pasar muslim sedunia," ulas perempuan yang sering tampil modis dengan jilbab dan rok panjang itu.

"Hijabers"
Sementara itu, kemajuan dunia busana muslim di Indonesia tidak hanya terhenti pada hiruk - pikuk kondisi perekonomian nasional atau hubungan antara konsumen dan produsen.

Akan tetapi muncul fenomena lain yakni lahirnya beragam komunitas perempuan berbusana muslim "hijabers" di sejumlah titik di Negara Maritim tersebut. Semisal, di Bandung, Jakarta, dan Surabaya.

Selain itu, terbuka peluang hadirnya komunitas serupa di kota - kota lain di Indonesia. Ceruk pasar menjanjikan untuk dibukanya komunitas tersebut di antaranya berada di wilayah di Jawa Timur, di mana kental akan nuansa Islam misal, Gresik, Tuban, Lamongan, Bojonegoro, dan Jombang.

Masih dikatakan Sri, ia optimistis, keberadaan potensi pasar muslim Indonesia yang besar dan memiliki tingkat konsumsi tinggi dapat meningkatkan citra Tanah Air di mata masyarakat internasional.

"Bahkan, semakin mengenalkan sisi kreatif dan keberadaan pola bisnis pengusaha busana muslim Indonesia sehingga lebih terekspose, baik di pasar domestik maupun pasar mancanegara," kata perempuan yang mengawali penampilan tertutup sejak tahun 2000.

Senada dengan Sri, jamaah pengajian Masjid Al - Akbar Surabaya, Siti Senorita Printaningrum, mengamini, pemakaian busana muslimnya dalam kehidupan sehari hari lebih mementingkan sisi kenyamanan dibandingkan harga produk.

Namun, perempuan pengoleksi aneka busana muslim dan pernak - pernik Islami sejak tahun 2008, itu tetap memperhitungkan besaran dana yang dikeluarkan untuk konsumsinya tersebut.

Mengenai model jilbab atau busana muslim yang dikenakan tiap hari, ia mengaku, produk yang dikoleksinya hanya berkonsep sederhana.

"Fokus pemilihan pakaian saya hanya pada kesesuaian warna dan ringkas mengingat pekerjaannya sehari - hari membutuhkan ketepatan, kecepatan, dan ketelitian," papar perempuan yang juga berkarir di bidang perbankan tersebut.

Terkait prospek pasar busana muslim nasional, Siti mempercayai, potensinya sangat bagus untuk menembus pasar dunia mengingat masyarakat Indonesia memiliki keuletan, kreativitas, dan sumber daya manusia nanmumpuni.

Akan tetapi, pengusaha skala besar maupun UMKM yang memproduksinya secara masal perlu memerhatikan sejumlah faktor seperti kualitas dan model yang harus menunjang kekinian.

"Untuk 'hijabers', saya justru baru mendengarnya. Kalau memang di Surabaya ada, saya siap bergabung dengan anggota yang sudah lebih dulu eksis, sehingga bisa syiar dan silaturahmi," ucapnya.

Peluang Bisnis

Di samping itu, sesuai hukum ekonomi yakni ketika ada permintaan di situ ada ketersediaan barang maka peluang bisnis busana muslim sangat tepat dikembangkan di Indonesia terutama Jawa Timur.

Apalagi, pasar perdagangan di Tanah Air dinilai banyak pengusaha adalah tambang emas menarik yang bisa dibidik, menyusul angka belanja barang konsumsi mereka sangat tinggi. Bahkan, sempat meningkatkan harga komoditas di provinsi ini, sehingga kondisi tersebut sering membawa Indonesia khususnya Jatim mencatatkan inflasi.

Mengenai besarnya keinginan pengusaha UMKM maupun skala besar mengembangkan bisnis busana muslim, Pemilik Butik Busana Muslim "Online" (dalam jaringan) di salah satu jejaring sosial, Zakhiyah Sholikhah, merinci, usaha sampingannya sengaja dikerjakan waktu malam hari atau bukan jam kerja.

Terkait alasan membuka usaha busana muslim itu, ia menyebutkan, di antaranya untuk menjalin silaturahmi dengan saudara, teman, dan keluarga muslim lainnya. Selain itu, pihaknya ingin membantu melestarikan dakwah untuk berpakaian sopan dan mengembangkan kemampuan diri dari berbagai aspek.

Penyebab lain alasan perempuan berjilbab nankalem itu mendirikan bisnis busana muslim dengan bantuan teknologi informasi canggih, yakni karena suami tercintanya sangat mendukung usahanya. Di sisi lain dikarenakan perkembangan busana muslim di Jatim sangat pesat.

Kemajuan dunia busana muslim Jatim ditandai dengan selalu munculnya "fashion" baru pada setiap periode atau per pekan. Jika "gamis" dulu sangat dijauhi saat ini merupakan produk paling digemari. Kalau dulu atasan wanita yang ukuran bajunya besar tidak disukai sekarang paling dicari contoh "tunik".

Atmosfer positif bisnis busana muslim itu semakin memengaruhi peningkatan omzet butik "online"-nya yang didirikan per Mei 2011. Kini, omzetnya per bulan naik menjadi Rp10 juta, sedangkan awal dibuka hanya Rp5 juta per bulan.

"Dengan kenaikan itu, kami yakin sampai akhir 2011 mengalami peningkatan omzet 500 persen," ujarnya, optimistis.

Besaran omzet tersebut, imbuh dia, didukung jaringan pasar yang luas baik teman kantor, tetangga perumahan, dan keluarga dekat. Untuk konsumen "online" mayoritas berasal dari Solo, Magelang, Pontianak, Tangerang, Blitar, Gresik, dan Bogor.

Menyikapi tingginya tingkat konsumsi masyarakat pada tahun ini, Pemimpin Bank Indonesia (BI) Surabaya, M Ishak, memprediksi, puncak angka konsumsi masyarakat terjadi pada semester II/2011. Saat itu, belanja masyarakat dipengaruhi momentum libur sekolah dan cuti bersama.

"Proyeksi tersebut ditunjukkan sesuai hasil Survei Konsumen KBI Surabaya yang menunjukkan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Ekspektasi Penghasilan mengalami peningkatan," ulasnya.

Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional BI, lanjut dia, pencapaian kinerja ekspor diprediksi pada tren perbaikan dibandingkan periode sama tahun lalu. Kondisi itu dikarenakan kian tingginya permintaan internasional dan semakin terdiversifikasinya negara tujuan ekspor Jatim.

"Permintaan internasional pada triwulan II/2011 lebih dipengaruhi kebutuhan konsumsi masyarakat internasional terhadap kebutuhan sehari-hari misal garmen, alas kaki, furnitur, minuman, dan makanan," paparnya, menjelaska.

Bisa juga dilihat di http://antarajatim.com/lihat/berita/64664/indonesia-menjadi-inspirasi-cara-berbusana-muslim-dunia